Saturday, September 8, 2012

“Jangan Melupakan TUHAN” 1 Samuel 12:6-15

 Alasan yang paling efektif dan kata ajaib yang paling sering digunakan oleh seseorang untuk sebuah kelalaian (ketidaktaatan) adalah kata “lupa.”  Mengapa kamu tidak membawa Alkitab?” tanya sang guru agama.  Lupa Pak” demikian jawab sang murid.  Lho koq mamah tidak membawa pesananku sih?  tanya sang suami kepada istrinya.  Aduh, iya lupa pah!  Banyak orang menggunakan alasan lupa sebagai sarana pembenaran diri.  Parahnya ada sebagian orang merasa tidak bersalah ketika mereka melupakan tugas dan tanggung jawab mereka, sehingga lupa menjadi sebuah pegangan untuk melarikan diri dari tanggung jawab.  Tentu saja tidak semua orang seperti demikian, ada orang-orang yang memegang janjinya sedemikian rupa dan merasa bersalah karena kelupaannya.

Namun memang tidak dipungkiri kalau alasan “lupa” adalah efektif karena “lupa” itu adalah naluriah, walau bagaimanapun bukan berarti itu menjadi alasan kita untuk menjadi lalai.  Yang menjadi perenungan kita adalah lupa bisa berakibat fatal, seperti lupa mematikan kompor bisa mengakibatkan kompor meledak dan terjadi kebakaran, dll.

Demikian juga dengan yang sering dilakukan oleh bangsa Israel seperti yang dikisahkan di kitab-kitab Perjanjian Lama.  Sejarah menulis bangsa Israel seringkali melupakan Tuhan setelah mereka ditolong oleh Tuhan sekalipun.  Mereka memiliki reputasi sebagai bangsa yang tidak taat dan melupakan kebaikan Tuhan (dimulai sejak Kejadian 3).  Penulis kitab Samuel menulis, “Ketika Yakub datang ke Mesir dan nenek moyangmu berseru-seru kepada TUHAN, maka TUHAN mengutus Musa dan Harun, yang membawa nenek moyangmu keluar dari Mesir, dan membiarkan mereka diam di tempat ini.  Tetapi mereka melupakan TUHAN” (8-9).   
          
Kegiatan bangsa Israel yang sering melupakan TUHAN dikutip oleh penulis bagaimana TUHAN Allah tetap memperhatikan mereka dengan mengutus para hakim untuk membebaskan mereka dari penindasan bangsa asing (10-11).  Namun, kebiasaan lama yang dilakukan bangsa Israel dilakukan ulang: mereka (kembali) melupakan TUHAN.

Siklus ketidaktaatan ini sangat jelas dinyatakan di kitab Hakim-hakim: 
  • Bangsa Israel hidup tenang dan taat di bawah pengaturan para hakim dimulai dari tahun-tahun terakhir masa Yosua (Masa Tenang [Rest])
  • Muncul generasi baru, timbul penyesatan dan ketidaktaatan kepada hukum Taurat yang berkaitan dengan penyembahan berhala (Pemberontakan [Rebellion])
  • Allah menghukum bangsa Israel lewat penindasan bangsa asing (Hukuman [Retribution])
  • Bangsa Israel memohon pertolongan Allah untuk membebaskan mereka dari penindasan (Pertobatan [Repentance])
  • Allah mendengar teriakan permintaaan tolong bangsa Israel dan membangkitkan seorang hakim untuk membebaskan bangsa Israel dengan kemenangan atas bangsa asing (Pemulihan [Restoration]).
  • Namun ketenangan hanya berjalan sebentar, setelah hakim yang lama mati, tidak ada pemimpin, masuk periode yang baru, bangsa Israel mulai berlaku jahat lagi dan  siklus ketidaktaatanpun kembali berulang. 
Siklus pemberontakan ini berlangsung selama rentang waktu 200 tahun.  Penulis mencatat siklus pengulangan ini sebanyak tujuh kali di dalam kitab ini.  Menunjukkan bagaimana begitu seringnya bangsa Israel ingkar janji dan melupakan TUHAN.  Sampai akhirnya, Samuel yang merupakan hakim terakhir menjadi saksi penolakan bangsa Israel terhadap TUHAN.  Samuel kalah menghadapi tuntutan bangsa Israel, dan mengangkat Saul menjadi raja (13-15).  Namun, pemerintahan Saul sebagian besar merupakan malapetaka karena ketidaksetiaannya.

Apa yang dirindukan Tuhan kepada umat-Nya adalah kesetiaan.  Dan kesetiaan menuntut ketaatan, ketaatan untuk mendengarkan firman-Nya.  Tuhan ingin saudara dan saya tidak melupakan pemeliharaan-Nya, tuntunan-Nya, pertolongan-Nya dan perintah-perintah-Nya.  Perkataan-Nya semua tertera di dalam Alkitab, kita dapat membacanya siang dan malam.  Setiap minggunya kita bisa mendengar firman-Nya lewat ibadah rutin yang kita lakukan.  Di dalam persekutuan, firman-Nya kembali dapat kita renungkan bersama.  Tuhan mengasihi umat-Nya maka Ia ingin kita bisa terpaut terus dengan-Nya lewat ketaatan kita mendengarkan firman-Nya.  

Siapa yang sudah lama tidak beribadah, kembalilah beribadah kepada-Nya, dengarkanlah pengajaran-Nya dan bersikap setialah.  Siapa yang sudah lama tidak membaca Alkitab, kembalilah membuka surat cinta-Nya, temukan nasihat-Nya dan bertekunlah membaca.  Siapa yang sudah lama tidak berdoa, kembalilah berdoa, dengarkanlah suara-Nya dan perolehlah ketenangan.  

Amin.



No comments:

Post a Comment