Friday, September 21, 2012

KEBAHAGIAAN ORANG FASIK SEMU (Mzm. 37)



PENDAHULUAN
Seorang ibu satu anak pernah berkata kepada saya, “Aneh ya kenapa sih orang yang jahat sepertinya hidupnya lebih senang dari orang baik. Sepertinya kalau mau sukses atau kaya kita memang harus berbuat jahat kali ya.” Kenapa ibu ini bisa ngomong seperti itu? Karena fakta berbicara, orang baik banyak yang hidupnya susah, tetapi kebalikannya, banyak orang yang sudah ketahuan jahat tetapi sepertinya hidupnya kelihatan senang.

Di satu sisi, ada banyak orang yang sudah mengikut Tuhan dengan setia tetapi harus mengalami penderitaan, entah karena penyakit atau pergumulan berat lainnya. Mengikut Yesus malah kena kanker, tetapi orang yang hidupnya bebas seenaknya, mabuk-mabukan, berjudi, suka ngomongin orang, kelakuan hidupnya tidak mencerminkan kebenaran eh hidupnya malah makmur dan sehat-sehat aja. Sepertinya Tuhan tidak memperdulikan dan menghukum mereka. Tetapi apa benar Tuhan membiarkan orang baik menderita dan membebaskan orang yang jahat? Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai umat Allah menghadapi situasi ini? Kita akan melihatnya dari Mazmur 37.

PENJELASAN
Kita tidak tahu apa yang secara persis latar belakang dari Mazmur 37 ini, tetapi Daud menulis mazmur ini menjelang akhir hidupnya. Kemungkinan besar dia telah melihat bagaimana keadaan yang berlangsung di masa dia hidup di mana ada banyak orang-orang jahat yang hidupnya tenang seperti terbebas dari hukuman sementara ada begitu banyak orang khususnya rakyat yang mengalami ketidakadilan akibat kejahatan mereka.

Di dalam mazmurnya, pertama-tama ia memberikan satu dorongan bagi mereka yang hidup di tengah-tengah orang yang jahat tetapi hidupnya penuh dengan kemakmuran, yakni dengan perintah jangan gusar. Ya, jangan kita menjadi gusar ketika kita mendapati ada orang yang kelakuannya jahat tetapi hidupnya sejahtera secara fisik. Sepertinya memang keadaan tersebut terkesan tidak adil tetapi Daud berkata, “Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang.”

Jika kita perhatikan, ada tiga kali peringatan “jangan marah” yang ditulis oleh Daud di mazmur ini (1, 7, 8). Mengapa tiga kali? Menunjukkan betapa pentingnya perintah “jangan marah” tersebut bagi kita. Mengapa perintah “jangan marah” menjadi sangat penting? Bukankah sudah sewajarnya kita bersikap gusar/marah terhadap orang-orang berlaku tidak benar atau berlaku jahat? Apa yang mereka lakukan menyengsarakan orang banyak.

Sebenarnya kata “jangan marah” dari bahasa aslinya secara literal memiliki arti “jangan menjadi panas.” Sebuah keadaan yang berpotensi akan membuat kita akhirnya melampiaskan amarah kita secara nyata di hadapan publik. Akhirnya kita terpancing untuk melakukan dosa. Lho kenapa jadi berdosa? Perhatikan ayat 8 akhir, “Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan (BIS: celaka).” Efesus 4:26-27 berkata: “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis (BIS: Kalau kalian marah, janganlah membiarkan kemarahan itu menyebabkan kalian berdosa. Janganlah marah sepanjang hari, supaya Iblis tidak mendapat kesempatan). Dengan kata lain jangan sampai rasa panas kita, keresahan kita ditunggangi Iblis dan kita terprovokasi untuk melakukan tindakan berdosa.

Jika kita membiarkan rasa amarah dalam diri kita terus bertumbuh maka itu akan menjadi kebencian, keinginan untuk membalas dan menghakimi. Dan harus kita ketahui bersama bahwa hal-hal tersebut tidak berkenan kepada Allah. Maka firman Tuhan dengan tegas dan berulang berkata “jangan panas, jangan terpancing” kalau ada orang yang berbuat jahat tapi masih bisa hidup enak. Bolehlah kesal atau marah sesekali tetapi jangan sampai kekesalan/kemarahan itu menguasai kita sehingga kita melakukan dosa.

Oke, kita sudah tahu bahwa kita tidak boleh panas, tidak boleh menyimpan amarah terus menerus terhadap kelakuan orang jahat yang berkeliaran dan hidup enak itu, lalu bagaimana seharusnya kita bersikap? Sedikitnya ada empat hal yang dikatakan oleh Daud sang pemazmur:

1) “Percayalah kepada TUHAN dan lalukanlah yang baik” [3a]: adalah sebuah godaan bagi kita orang percaya melihat orang jahat kok hidupnya kaya yang bahagia, kita bisa terpancing dan bahkan bisa ikut-ikutan berbuat jahat Maka daripada kita dipusingkan dan jadi kecewa oleh perbuatan dan tingkah laku mereka, kita bersandar, menyerahkan yang terjadi yang di luar kemampuan kita kepada DIA; Ingat bahwa Ia adalah TUHAN, Hakim Yang Agung, satu-satunya yang berhak untuk menghakimi umat-Nya, bukan kita. Lalu lakukanlah perbuatan yang baik: dalam arti kata orang yang tidak baik/jahat itu memang ada di sekitar kita, nggak bisa nggak, dunia yang jatuh ke dalam dosa memang dipenuhi oleh orang yang berdosa. Dengan adanya kejahatan maka sudah sepatutnya kita yang sudah dimenangkan melakukan hal yang baik. Jika mereka berbuat jahat, kita harus berbuat yang baik, jangan ikut-ikutan. Rasul Paulus berkata: “Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!” (Rom. 12:21). Kunci agar kita tidak terprovokasi, terpancing oleh godaan lingkungan yang jahat adalah dengan berpikir yang seperti rasul Paulus katakan di Filipi 4:8, “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.”

2) “Bergembiralah karena TUHAN” [4a]: arti yang sesungguhnya di sini adalah kita harus mencari kebahagiaan di dalam Tuhan – Ia akan memberikan apa yang diinginkan hatimu (4b; bdk. Mat 6:32-33). Jangan kepancing untuk hidup makmur dengan menghalalkan segala cara, termasuk melakukan hal jahat. Tetapi lakukalah semua di dalam Tuhan, Tuhan akan mencurahkan berkat pemeliharaan bagi uamt-Nya.

3) “Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya” [5a]: sebagai manusia yang lemah dan terbatas kita tidak akan pernah mampu menjalani kehidupan yang keras dan jahat ini seorang diri saja. Beban yang kita pikul terlalu berat jika kita harus menanggungnya seorang diri. Untuk itu kita harus menyerahkan hidup kita di bawah perlindungan Tuhan, dan artinya jangan pernah kita mengambil keputusan hidup kita tanpa memohon perkenanan-Nya. Sebaliknya kita harus membiarkan Dia yang memimpin hidup kita. Jika kita dizalimi oleh orang-orang yang bermaksud tidak baik kepada kita dan hidupnya secara fisik terlihat lebih baik dari kita, kita serahkan saja kepada Tuhan dan percaya bahwa Tuhan akan bertindak. Dia tidak akan membiarkan kita menderita, Ia mendengar teriakan minta tolong yang diserukan oleh anak-anak-Nya.

4) “Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah DIA” [7a]: “be silent to the Lord.” Artinya, jika kelakuan orang jahat semakin keterlaluanpun kita harus belajar untuk tidak berinisiatif menghakimi mereka, sebab satu saat nanti Tuhan yang akan bertindak. Tuhan Yesus berkata: “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar” (Mat. 5:44-45). Karena anugerah-Nya Tuhan menekan dosa dan menahan penghukuman-Nya. Penghakiman dan penghukuman Tuhan nyata pada akhirnya, hanya masalah waktunya saja.

Nah, itulah yang harus kita lakukan sebagai orang yang sudah dibenarkan. Lalu, alasan utama kita tidak perlu resah karena kehidupan orang jahat yang kelihatannya makmur hidupnya, yang sepertinya hidupnya nggak ada masalah adalah karena kebahagian mereka adalah kebahagian yang semu, tidak kekal, terbatas. Berulang kali Daud berkata “jangan marah” kepada umat Allah terhadap kebahagian orang fasik karena mereka satu saat ini akan mati dan dihakimi oleh Allah. Ia membahasakan kejatuhan mereka dengan berkata:
  • mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau (2); 
  • orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan (9, 22, 28, 43, 38);
  • ia sudah tidak akan ada lagi (10); 
  • Tuhan menertawakan orang fasik itu, sebab Ia melihat bahwa harinya sudah dekat (13); 
  • pedang mereka akan menikam dada mereka sendiri, busur mereka akan dipatahkan (15); 
  • lengan orang-orang fasik dipatahkan (17); 
  • orang-orang fasik akan binasa (20); 
  • pendurhaka-pendurhaka akan dibinasakan bersama-sama, dan masa depan orang-orang fasik akan  dilenyapkan (38)
Panggilan kita sebagai anak-anak Tuhan adalah: Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, maka engkau akan tetap tinggal untuk selama-lamanya; sebab TUHAN mencintai hukum, dan Ia tidak meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya. Sampai selama-lamanya mereka akan terpelihara, tetapi anak cucu orang-orang fasik akan dilenyapkan. Orang-orang benar akan mewarisi negeri dan tinggal di sana senantiasa. (27-29). Amin.

1 comment:

  1. Kesenangan sesaat tidak akan bertahan lama. Bahagia itu adalah pilihan yang sederhana
    Terimakasih

    ReplyDelete